"Selama ini aku bersahabat dengan hujan....sampai disaat kamu pergi...."
Didalam kamar.
Hatinya resah. Rasanya dadanya tak berhenti berdebar. Dia merasa tak karuan.
Aku ingin mendengar suaranya, pikirnya. Tapi tak bisa.
Ponselnya sudah disita mamanya, ga ada lagi acara telponan apalagi ketemuan.
Jahat, pikirnya gusar. Dia rindu kekasihnya.Dia memandangi foto kekasihnya yang terletak diatas meja.
Lagi apa sayang? senyumnya masam sambil menggumamkan nama kekasihnya.
Aku rindu, rindu...Apa kamu rindu aku juga? gumamnya berulang-ulang dalam sendu yang dalam.
Akhirnya dia tertidur lelah.
***
"Vina ayooo cepaat...jangan terlambat sayang." Pagi-pagi suara mamanya memecah kesunyian pagi dan lamunan panjangnya akan hari ini.
"Yaa ma...iyaa." Ujarnya bergegas sambil menuruni tangga.
"Gimana? Udah siap semua? Ayo kita segera berangkat. Papa sudah duluan ke Gereja."
"Siap ma," ucapnya dengan senyum manis yang selalu tersungging dibibir indahnya. "Udah cantik kan aku?" tanyanya pada mamanya.
"Anak mama selalu cantik...yuu kita berangkat." ajak mamanya.
Mereka berdua keluar sambil bergandeng tangan. Vina tersenyum cerah, menyapa mentari pagi itu.
Sebentar lagi..sebentar lagi..aku akan jadi nyonya Andi Subrata. Senyum Vina terus terus tersungging seakan tak akan pernah lekang lagi dari bibirnya.
***
Kriing...kriing...
Mama menatap ponselnya, panggilan dari papa.
"Ya pa? Ada apa? Kami mau berangkat ini..." ucap mama pada papa Vina.
Lalu tiba-tiba wajah mamanya mulai memucat....
"Apa pa? Iya mama akan beritahu Vina." Dan suara isak mamanya mulai terdengar.
"Ma...ada apa ma? Kog malah nangis? Ada apa? Papa bilang apa?" Jantung Vina berdegup keras dan tegang. Dalam pikirannya ada sesuatu yang buruk terjadi.
"Vina, sabar ya sayang....Andi...Andi..." ucap mamanya terbata-bata.
"Ada apa ma dengan Andi?" tanya Vina tak sabar.
"Dia kecelakaan dan sekarang koma dirumah sakit...."
Haaa....."Tidakk..." pekik Vina. Dunia nya berputar cepat. Senyum yang tadi tersungging dibibirnya telah terganti derai tangis kencangnya memekakkan dan memilukan hati.
Setelah itu gelap sekelilingnya dan Vina terjatuh tak sadarkan diri.
Pagi itu tiba-tiba berubah cepat, rinai hujan turun mengganti sinar mentari pagi yang tadi baru saja bersinar mengiringi langkah Vina.
END
Tidak ada komentar:
Posting Komentar