Jumat, 14 Desember 2012

Malaikat Kecilku

Mata mungilmu yang menatapku
Senyum nakalmu yang ceria
Segala gerak gerikmu
Celotehanmu yang tak pernah berhenti
Aku rindu...sayang kamu

Kamulah malaikat kecil milikku
Kamulah keceriaan hari-hariku
Kamulah asa saat aku buka mataku 
Untuk menjalani setiap hari-hariku yang berat

Tetaplah ceriakan hariku
Meski kadang lelah, kesal
Namun tak jemu-jemu aku merindukan senyum dan tatapmu
Merindukan celotehanmu yang mengisi keheningan pagi, siang dan malam-malamku

Dan saat kamu terlelap
Tak hentinya aku ingin mencium dan memelukmu
Tak henti-hentinya aku bersyukur
Kamu adalah malaikat kecilku...
Pangerann kesayanganku
Jadilah indah
Jadilah bersinar 
Jadilah kamu luar biasa

Karena kamulah tempat segala asa dipasung
Tempat segala impian ingin diraih
Tempat keceriaan ingin direguk

Bersinarlah malaikat kecilku
Jadilah bintang dihatiku dan dihati setiap orang yang melihatmu

*kecup sayang buat malaikat kecilku Jeremy

Kamis, 13 Desember 2012

Tentang Dia (3)

(3)




Andi akhirnya pergi ke Surabaya. Aku tau dia pergi dengan membawa kekecewaan dihatinya.

"Maaf ndi aku ga bisa" Ucapku sambil menahan tangis, melihat luka dimata laki2 itu. 




Ini kesekian kalinya aku melukainya.

"Apakah ini keputusan akhirmu kei?" Tanyanya getir. Ada nada kecewa sangat disana.

"Iya aku ga bisa, maaf. Semoga kamu menemukan yang lebih baik dari aku." Kataku. 

Aku tak sanggup melihat wajahnya. Airmataku akhirnya menetes juga.

"Tapi ga ada yang aku mau selain kamu kei. Aku ga yakin basa menemukan wanita lain selain kamu." Ujarnya tersendat-sendat.
"Tapi aku terima keputusanmu. Mungkin sudah saatnya aku melangkah pergi. Walau sulit tapi aku harus. Aku ga bisa terus bermimpi seperti ini." Ucapnya dengan senyum getir. Aku tahu dan merasa sakitnya dia saat mengatakan itu.

Tapi aku hanya terdiam.

"Makasih ya kei. Kamu adalah saat terindah dalam hidup aku."

"Ndi maaf...aku banyak mengecewakanmu. Kuharap kamu berbahagia." Ucapku lirih menahan airmataku yang hampir menetes lagi.

Itu ada percakapan terakhir aku dengan Andi. 

***

Di acara perpisahan kantor untuknya. Tak ada sapa, senyum dan ucapan perpisahan. Dia hanya memandangku sesaat tanpa senyum, tanpa kata. Ada gurat kecewa masih tergambar disana. Dan aku merasakannya. Kurasakan hatiku ikut sakit. Entah mengapa aku merasa kehilangan dia. Sosok baik yang slalu menemani aku. Meski entah sebagai apa.

Tak terasa airmataku menetes. Anehnya aku menangisi dia. Aku tak mengerti perasaan apa yang aku punya buat dia. 

Aku hanya memandang kosong ruangan dia yang sekarang ditempati ibu Sandra. Aku termenung. Ternyata baru aku sadari menyakitkan juga setelah dia pergi. 

"Sedih kei liat Andi pergi?" Vero duduk disampingku memelukku. 

Melihat aku kadang tanpa sadar menatap kosong kearah ruang tempat dulu Andi bekerja.

"Entahlah ver. Aku ga ngerti akan diriku sendiri." Jawabku terbata.

"Sekarang mungkin udah terlambat untuk menyadari dan menyesali smua yang udah aku putuskan." Lanjutku.

"Sabar ya sayank. Kamu akan menemukan yang lainnya yang sebaik andi bahkan lebih." Kata vero menghiburku.

"Aku harap. Aku akui ga ada yang sebaik dia." 

Aku memeluk Vero sambil menangis. Akhirnya aku tak tahan juga memendam smua perasaan itu sendiri. Aku sakit. Seakan ada yg hilang sejak Andi pergi. Aku rindu candanya, kata2nya, sikapnya. Kenapa tak pernah aku sadari saat dia masih ada. Tetapi disaat dia pergi smua baru terasa indahnya saat bersama dia.
Benar perkataan org, saat kita kehilangan, kita baru merasa bahwa ternyata smua yg hilang itu berharga.


***

Aku memutuskan mengambil cuti selama 4 hari dan pergi berlibur.
Vero sudah bilang ingin menemaniku tapi aku berkata mau pergi sendiri. Dia mewanti-wanti aku agar tidak melakukan sesuatu yang bodoh. Karena dia kuatir melihat keadaanku stelah kejadian kepergian Andi sebulan lalu.. 

"Kontak aku yaa setelah kamu sampe ke sana." Vero mengingatkan aku berulang-ulang.

"Iya dear...pasti."

Cuma vero dan bu Mirna yang tau kemana ak pergi sedang yang lain hanya tau aku akan keluar kota. Tapi tak tahu kemana tujuan aku pergi. Aku hanya tak mau membuat kuatir kedua orang itu saja. Yang lain aku tak terlalu memikirkan.

Penerbangan kali agak delay. Aku menunggu dilounge keberangkatan sendirian sambil membaca majalah yang tadi aku beli sebelom masuk bandara. 


"Kezia...haii cantik, what're you doing here?"

Tiba-tiba ada suara pria berkacamata hitam yang menyapaku.  
Aku terkejut melihat dia.
Ernest ada dibandara ini. Sedikit shock karena tak mengira akan bertemu secara kebetulan begini. Ditengah keterkejutanku, dia melanjutkan kata-katanya.

"Heeii...kenapa bengong?" Dia mengibaskan tangannya didepan mataku.

"Oo eeh...aku kaget aja ketemu kamu disini. Kamu ngapain disini? Kapan pulang dari New York?" 

Seingatku terakhir dia bbm 2 hari yang lalu, dia tidak mengatakan mau ke pulang ke Indonesia.

"I wanna go to Bali...ada rekan bisnis yg mau kutemui disana. Kamu mau ke bali juga?" Katanya dengan tersenyum. 

"Iyaa." Hanya itu jawabanku.

"Heeem I'm so happy to meet you here kei...miss u so much. Ga nyangka ketemu kamu disini. Hope di bali kita bisa pergi berdua lagi yaa. Kamu sendirian? Where's ur friends?" Lanjutnya panjang sambil mencari berkeliling..

Aku hanya menatapnya. Sudah lama sekali setelah pertemuan dibali 1 tahun lalu, baru kali ini bertemu lagi dengannya. Rinduku membuncah. Dia yang udah memporak porandakan hidupku hingga aku terdampar dibandara ini sendiri.

Kalau saja hatiku tak dia ambil mungkin aku sudah bahagia dengan Andi saat ini. Tapi nyatanya, aku malah mengharap dia. Mengharap dia mau bersamaku. Walau mimpi itu mungkin tidak akan terwujud.

"Kei, kamu bengong ato ga tetap cantik. Masih sama seperti tahun lalu saat kita pertama bertemu. Hanya lebih dewasa." Katanya halus.

Aku memandangnya. Dia masih sama juga, masih tampan. Mata dan senyumnya masih sama. Hanya ada sedikit kelelahan disana. Mungkin karena kesibukannya bekerja atau entah aku tak tau kenapa. Ada kumis tipis diatas bibirnya.
Bedanya hanya sekarang rambutnya tertata rapi. Bajunya rapi seperti pebisnis kebanyakan. Dengan stelan jas yang elegan. Tapi membuat dia terlihat makin matang dan dewasa. Beda dari setahun lalu dengan kaos atau kemeja yang dia pake seenaknya dimasukkan ke celana jeansnya. Dan rambut yang ga terlalu rapi dan sedikit panjang. Tapi aku suka setiap gayanya. Mungkin karena sekarang dia udah jadi pengusaha yang harus bertemu klien maka dia harus tampil rapi.



***





Keputusanku untuk berlibur sendiri memang berbuntut manis. Aku jadi punya kesempatan lagi bertemu dia. Ga ada yang berubah dengan dia tapi aku merasa akulah yang banyak berubah dan dia juga merasakan itu.


"Kei kamu agak pendiam ya...ga enjoy ma liburanmu kali ni? Is there any problem?" tanyanya saat kami duduk berdua ditepi pantai.

Kami menikmati sunset pantai kuta berdua. Duduk dihamparan pasir tanpa alas.


"Aahh ga juga, biasa aja. Aku cuma ingin diam aja." Ucapku sambil tersenyum dan merasa sedikit jengah dengan tatapannya yang mengarah padaku dengan pandangan sedikit menyelidik.

Aku tak pernah bercerita tentang andi padanya. Saat bbm atau telpon, kami hanya bercerita tentang masalah pekerjaan dan hal-hal yang ga terlalu penting lainnya. Kini baru aku sadari hubungan diantara kami ternyata hanya sebatas itu walau kadang dia cerita tentang seseorang atau papanya tapi hanya sekilas-sekilas saja dan tak pernah dia membahasnya dengan sangat penting. Memang aku akui mungkin kedekatan kami hanya sebatas kedekatan sahabat saja. Kehidupan dia yang sesungguhnya mungkin masih misteri bagiku.


"Oyaa dulu kayanya kamu pernah cerita ada wanita yang katanya dikenalin ma kamu. Gimana tuh ceritanya?"

"Heem biasa aja. Aku ma dia biasa aja kog. Itu anak temen papa."

"Ooo...eh pasti kamu dah punya pacar ya? Pasti cewe-cewe bule cantik-cantik tuh. Atau ama yang cewe yang dikenalin ma kamu itu yaa." Candaku skaligus menyelidik.

Dia mengeryitkan dahinya.

"Heem ya ada beberapa yg cantik. Tp sayang...." Dia menggantung ucapannya.

"Kenapa?" Tanyaku

"Abis....ga ada yg secantik kamu kei." Jawabnya lalu tertawa lepas.
Aku bersemu mendengar pujiannya.

"Masa seh?? Ahh boong banget tuh. Gombal ahh" Kataku manyun tapi tak urung sebenarnya hatiku senang dan aku merasa melambung mendengar pujiannya.




"Masa seh aku pernah boong ma kamu?"

"Ga pernah seh...ga pernah kelewat boonginnya." gelakku.

Dia tertawa keras. Aku suka tawanya. Aku suka matanya yang menyipit saat dia tertawa. Entahlah aku suka semua tentang dia. Rasanya dia terlihat indah dimata aku...apapun yang dilakukan dan ucapkan.

"Kamu terlihat dewasa sekarang ya kei, makin manis dan lembut. Makin cantik. Padahal baru 1 tahun kita kenalan.  Setahun lalu kita ketemu saat kamu main ke Bali dan baru kemarin dibandara kita ketemu lagi." ucapnya sambil menatapku. Aku jengah ditatapnya seperti itu. Matanya melembut dan berbinar saat menatapku. Seperti menggodaku untuk mengelus mata indahnya itu.

Aku terbayang kembali saat pertama kali bertemu dengannya. 

"Aahh udah ahh jangan gombal aaahhh." ucapku dan tanpa sadar tiba-tiba tanganku memalingkan wajahnya karena sedari tadi dia terus menatapku.



“Kamu juga terlihat dewasa sekarang. Lebih matang, lebih rapi, lebih keren. Lebih….Ga seperti dulu yang agak terlihat urakan dan cuek dengan penampilan dan ucapan kamu." Ujarku menanggapinya. Rasanya aku hanya ingin memuji smua yang ada padanya. Karena sebenarnya bagaimana penampilan dan ucapan dia, aku menyukai smua yang ada padanya. Aku merasa konyol memikirkan hal itu, tanpa sadar aku mendesah dalam hatiku.

"Iya waktu yang mengubah kita yaa..." Dia menerawang. Matanya melihat jauh kedepan. Kearah lautan dan ombak yang sedang menderu dihadapan kami.

"Kamu gimana kei? Udah punya pacar? Kayanya ga pernah cerita deh." Tanyanya dengan nada menyelidik.
"Ehh blom. Emank kenapa?"
"Gpp. Just asking. Nti ada yang marah lagi klo ketahuan kamu malah berduaan ama aku saat liburan." Jawabnya sambil tertawa kecil. Matanya menyipit.
"Ga lah...lagian sapa juga yang mau ma aku?" Kataku bercanda.
"Yaah...bego aja tu cowo klo ga mau ama cewe secantik dan sebaik kamu kei." Jawabnya sambil tertawa.

Apakah kamu bego nes? Hingga ga bisa melihat dan merasakan klo aku menyukaimu. Apakah kamu cowo bego itu yang ga tertarik padaku?
Hatiku terasa nyeri merasakan smua itu.

Tapi aku diam saja. Tak sanggup menanyakan smua itu padanya. Karena mengingat tak satu katapun dia ucapkan yang membuat aku merasa dia menyukaiku bukan hanya sekedar sbagai teman. Tapi sebagai seseorang yang mengharapku, tertarik padaku. Menjadikan aku seseorang spesial dihatinya dan hidupnya. Tidak sampai detik ini. Dengan keluhan dalam hati aku menepis pikiran itu. Betapa bodohnya aku memikirkan kalau dia akan merasakan hal yang sama seperti yang aku inginkan. 


Continue to Tentang Dia (4)




Rabu, 05 Desember 2012

Kamu

Bayang wajahmu membekas di mataku
Saat kubuka mata atau kututup mataku
Ada kamu selalu

Kamu adalah surya dihidupku
Nafas pertama yang kuhirup saat menyambut pagiku
Cemerlang menembus sampai kegelapan jiwaku

Saat pertama bertemu kamu
Aku merasa beku dan hampir tak dapat menarik nafasku
Tapi bersamamu....aku ingin hidup bahkan ratusan ribuan tahun lagi
Asal bisa bersamamu
Hanya denganmu