Senin, 26 November 2012

Tentang Dia (2)

(2) 

Bipp bipp bb aku bunyi. Ada bbm masuk

'Kei cantik maaf yaa'
Bbm dari ernest.

Sekitar 2 minggu tanpa kabar dari dia. Tiba-tiba bbmnya masuk lagi. Aku deg-degan. Entah mengapa aku seperti menunggu kabar pacar yang pergi jauh tanpa kabar. Harap-harap cemas.

'Kog ga pernah bbm ak? -_-'
'So sori dear, I was so busy lately'
'Masa ga bisa jawab just say hello or haii'
'Sori sungguh...banyak masalah akhir-akhir ini. Baru sekarang sempat bbm lg'
'Ada masalah apa nes? Do you mind if I know it?'
'Not a big problem dear, someday I'll tell you. Okay? Don't be sad yaa, trust me'

Heem apa maksudnya?
Kenapa dia bilang harus percaya padanya. Sebenarnya aku kan bukan siapa-siapa dia yang tak perlu dia kuatirkan perasaannya.

'Oke, kuharap km bae aja, cemas aja krn ga ada kbr dr km'
'Yaa I'm fine..hope u're fine too dear...I miss you...kpn ya kt bs ketemu lg??'

Aku juga kangen kamu Nes, desahku dalam hati.
Dengan perasaan nyeri. Entah kapan bisa jumpa dia lagi.

****

"Orangtua km dimana Kei?" Tanyanya suatu kali
"Ortuku sudah meninggal, aku hanya punya 2 kakak laki-laki yang sekarang sudah menikah dan punya keluarga sendiri-sendiri" jawabku.
"Oow sori aku ga tahu, turut berduka ya Kei"
"Gpp kog, lagian itu udah agak lama. Papa meninggal 6 tahun yang lalu, kemudian mama meninggal 3 tahun yang lalu. Trus kamu sendiri? Orangtuamu msh ada?"
"Heem just my daddy ama mama tiriku. Mama asliku sudah meninggal sejak aku masih kanak-kanak."

Matanya memandang ke langit menatap awan biru. Aku turut termenung. Kangen sangat pada mama papaku. #I wish they were here# ucapku dalam hati.

"Hehe kog jd melankolis gini cerita tentang ortu masing-masing" dia tertawa kecil.
Ak tersenyum padanya.
 "Pasti kamu secantik mama kamu yaa..she must be an angel born an angel like you" dia berkata sambil memandangku.
Aku tersipu. Memang banyak yang bilang aku cantik. Bukan aku geer.
Tetapi hanya ucapan dari papa mama dan dia yg spesial saat berkata aku cantik. Tak tahu kenapa. Apa aku menganggap dia spesial? Apa aku jatuh cinta padanya? Tapi apa aku juga spesial baginya?

"Papa kamu kerja apa Nes?" Tanyaku mengalihkan pembicaraan.
"Ehmm dia punya perusahaan. Aku juga beberapa hari kedepan akan terbang ke New York mengurus proyek papa disana. Udah sejak lama seh papa minta aku bantu di perusahaan dia tapi aku menolak, aku lebih ingin mandiri. Tapi melihat papa sekarang yang sudah semakin tua aku kasihan juga terhadapnya." ujarnya sambil menerawang.
"Oo begitu, ya mungkin sebaiknya seperti itu nes, kasihan juga kalau papamu harus terus menerus bekerja keras sedangkan ada kamu yang bisa membantu untuk mengurus usaha dia." kataku padanya.
"Tapi sebenarnya aku tak mau terikat peraturan dia, aku sudah mengalaminya...." rahangnya mengeras saat mengucapkan itu. "Seperti tak punya hidup..." lanjutnya sambil matanya menerawang ke langit.

Apa yang kamu pikirkan nes?? desahku dalam hati. Mengapa aku merasa begitu sulit hidupmu dengan papamu? Apa yang terjadi?

"Thanks ya Kei udah jadi sahabat aku...walau pertemuan kita singkat tapi di hati aku kamu ga akan pernah terlupakan, aku janji." katanya sebelum kita berpisah. Karena keesokan harinya aku mendapat kabar darinya kalau dia sudah berada di New York. Terpisah ribuan kilometer dariku, terbentang jarak dan waktu.

Aku pun tak akan pernah melupakanmu Nes, sungguh. Bahkan dengan apapun goresan nama kamu telah tertulis dihati aku. Kenangan bersamamu walau singkat begitu membekas. Walau pun juga apa yang kita bagi dan bicarakan hanya hal biasa tetapi kenangan itu jadi kenangan indah bagiku. Entah bagimu.....



****

Kesibukan menyita waktuku hingga aku tak sempat berpikir tentang lainnya.
Vero masih suka bercerita tentang laki-laki yang dijodohkan dengannya.

"Heem terkadang aku merasa dia hangat tetapi kadang begitu dingin. Aku ga ngerti perasaan dia Kei."
"Ga ngerti gimana Ver?"
"Iya apa dia suka perjodohan ini, apa dia suka aku? Cinta aku?"
"Kamu pernah tanya dia dan bagaimana jawaban dia?"
"Iya aku tanya, dia jawab, ya liat aja, bole kita coba. Apa maksudnya?"
"Tapi kan ini baru 4 bulan Ver."
"Iya seh tapi kan aku jarang ketemu dia. Dia sering keluar negeri untuk urus bisnis papanya. Aku hanya bingung aja." ujarnya dengan nada bingung.
"Ya jalani aja dulu lah. Mungkin kalau udah 6 bulan atau 1 tahun berbeda. Kita kan ga tau?"
"Iya x yaa...by the way gimana si andi? Kamu jadian ma dia? Keliatannya dia makin nempel ma kamu?"
"Biasa aja...kelewat baik sih dia" ujarku sambil tertawa.

Vero tak pernah tahu ada seseorang disana yang sudah mengambil sebagian hatiku, hingga rasanya aku tak  bisa membagi sisa hatiku ini buat yang lain. Aku hanya butuh kepastian, biar aku bisa beri semua hatiku buat dia.
Tapi apakah dia memikirkan itu juga? Pikirku getir. Merasa bodoh memikirkan hal itu.
Memang selama ini aku tak pernah bercerita tentang Ernest pada Vero. Karena kupikir belum saatnya.
Semua tak pasti.
Aku merasa hanya menjadi bagian dari sahabatnya saja. Selama 7 bulan, hanya pertemuan di bali itulah satu-satunya pertemuan kami. Setelah itu kami hanya bertemu lewat video call, telpon atau bbm.
Entah kapan bisa bertemu lagi dan memastikan perasaannya padaku.

****

"Bulan merah jambu luruh dikotamu...
Kuayun sndiri langkah-langkah sepi...
Menikmati angin menabuh daun-daun...
Mencari gambaranmu di waktu lalu

Sisi ruang batinku hampa rindukan pagi..
Tercipta nelangsa merenggut sukma..
Terwujud keinginan yang tak pernah terwujud
Aku tak bisa pindah...pindah ke lain hati

#Lagu Kla project "Tak bisa ke lain hati"
Terdengar sayup dari kamar Ayu, kamar sebelah kamarku. Aku terhenyak. Kata-katanya seakan menusuk hatiku. Aku sendiri ga ngerti. Ya Tuhan kenapa aku bimbang begini.

Kemarin Andi bertanya lagi padaku apa aku mau jadi pacar dia.

"Kei aku hanya mau kamu tahu, aku sayang banget sama kamu. Hanya kamu yang aku mau. Tapi aku ga bisa nunggu lama lagi tanpa kepastian."
"Kamu kan tau Di aku gimana sama kamu?"
"Tapi apa ga ada kesempatan kita bersama? Sedangkan kamu sendiri kulihat juga ga memberi kesempatan pada yang lain."
"Bukan gitu Di..."
"Kei, kemarin pak burhan bilang aku akan dipindahkan ke cabang Surabaya. Aku hanya ingin memastikan perasaan kamu." Andi memegang tanganku lembut.
"Karena kalau kamu mau denganku, aku akan mengundurkan diri dari kantor kita. Ada perusahaan lain yg ingin merekrutku. Masih dikota ini. Jadi kita ga perlu berjauhan. Tapi kalau tidak, aku akan terima pemindahan kerjaku ke Surabaya. Jadi bisakah aku pastikan sekali lagi, apa benar ga ada sama sekali kesempatan kita bersama?"

Aku terdiam tak bisa menjawab apa-apa. Ternyata pemanggilan pak Burhan terhadap Andi ialah rencana pemindahan kerja dia ke cabang perusahaan di kota lain. Andi udah memberi pilihan dan itu khusus buat aku. Tapi aku sendiri tak bisa memutuskan. 
Andi memintaku menjawabnya dalam 3 hari. Karena awal bulan depan yaitu 4 hari lagi dia harus membuat keputusan bagi dirinya dan keputusan itu dipengaruhi oleh keputusan yang aku ambil. 
Dan sekarang aku hanya termenung dikamarku mendengar sayup-sayup suara lagu Kla Project tanpa bisa berpikir mau memutuskan apa. Andi begitu baik padaku. Sikapnya, kata-katanya, tak pernah sedikitpun dia berubah padaku. Rasa sayang itu jelas sekali terlihat. Semua bilang aku bodoh kalau menyia-nyiakan orang sebaik Andi. 

"Belum pulang Kei?" Sapa seseorang ketika aku sedang lembur suatu hari. 
"Belum, besok deadline nih. Pak Burhan mau semua beres dengan cepat." Kataku. 
Aku melihat ke arah orang itu. Andi. 

"Oo masih banyak kerjaannya? Sini coba aku lihat! Mungkin bisa sedikit membantu, toh kita kan dibagian yang sama." 
"Oo ga usah Pak Andi." jawabku dengan perasaan tak enak.
Walau dibagian sama tapi jabatan dia lebih tinggi dariku. 
"Ga usah panggil pak segala. Toh kamu ga beda jauh umurnya sama saya. Kesannya saya tua banget, kaya Pak Burhan." ujarnya sambil tertawa. 
Tawanya indah. Aku tak mengira dia bisa bercanda begitu. Karena saat sedang bekerja dia sangat serius. Mungkin karena aku orang baru di kantor ini jadi belum kenal dia secara pribadi. Selain masalah pekerjaan, aku memang sama sekali bisa dibilang ga pernah berbicara padanya. 

"Fuiih akhirnya selesai juga. Udah senewen kirain bisa tengah malam baru pulang." Kataku dengan perasaan lega. 
"Makasih ya Pak Andi." Kataku padanya. 
"Sama-sama..duh jangan panggil pak Andi donk. Ga enak banget ditelinga. Apa saya keliatan bapak-bapak ya?" Ujarnya sambil tersenyum. Manis juga senyumnya. 
"Oo iya, habis sudah kebiasaan dikantor panggil bapak." Kataku menanggapi. 
"Iya tapi kan sekarang kita cuma berdua. Jadi jangan terlalu formal." ujarnya lagi sambil tetap tersenyum. Membuat aku mendesah tak kentara karena terpesona akan senyumnya.

Itulah awal pertemanan aku dengan Andi. Dia baik dan ramah pada semua orang. Meski dia terkesan pendiam, ternyata aku suka mendengar bisik-bisik banyak juga yang mengagumi dia. Tetapi anehnya dia memberikan kekagumannya padaku. Sedang aku... 
Tak sadar sudah berapa lama aku melamun sendiri dikamar. Aku disadarkan perkataan bu Mirna yang memanggilku untuk makan malam. Aku bangkit dari ranjangku dan meninggalkan lamunanku tentang Andi. Apa yang harus kuputuskan. Aku sungguh bingung...


>> bersambung ke Tentang Dia (3) <<

Maaf

Aku terjebak
jatuh
Ingin berlari

Sudah tertahan kaki ini
Andai dari dulu kuputuskan untuk pergi
Aku sudah bisa melihat dunia
Melintasi samudra

Kini aku terjebak pada pusaran waktu
Berputar tak tentu arah
Merindu sosok
Tapi tak pernah seutuhnya hadir bagiku

Kini hanya waktu yang mungkin bisa menghapus salahku
Maaf...
Aku tak kuat lagi
Berlari seperti ini
Dengan cara yang begitu keji
Meninggalkan luka yang entah kapan akan mengering

Karena...
Akupun terluka
Kalau aku tak pergi
Mungkin aku yang akan terkapar mati

Entah kapan aku bisa kembali
Hanya Tuhan saksiku
Apa aku bisa lagi menoleh pada masa laluku
Dan pada sosokmu...wajah mungil malaikatku
Aku merindu.....

Entah kapan bertemu lagi

Minggu, 25 November 2012

Tentang Dia (1)

(1)



"Ver gimana kemarin ketemu calon suami?" tanyaku pada Vero.
"Heem biasa aja. Calon papa kali, bukan calon aku." jawab Vero. Tapi sekilas aku menangkap rona merah diwajahnya. Dia terlihat malu-malu mengakui tentang perasaannya mungkin terhadap pria itu.
"Ganteng ga? Ya kan bisa lah kenalan2 dulu, siapa tahu memang cocok." kataku sambil tersenyum.
"Yah lumayan ganteng deh. Nanti deh aku pikir2 dulu..demi bisnis papa." Mulut Vero manyun tetapi tak ada nada penolakannya terhadap perjodohan itu. Mungkin pria ini spesial sehingga membuat Vero berpikir ingin kenal lebih jauh dengannya.

Siapa yaaa?? Aku sedikit penasaran karena tidak biasanya dia seperti itu. Melihat sejak aku bersahabat dengannya, tak ada satu pria pun yang berhasil menaklukkan hatinya. Padahal ada Bagas (kepala bagian produksi) yang sudah lama naksir berat padanya tetapi tidak pernah sekalipun dia memberi kesempatan pada pria itu untuk memasuki hatinya. Atau beberapa pria dikantor kami yang menaruh hati padanya tetapi tak ada satupun yang dianggapnya spesial.

"Hadeeh 2 bidadari kita lg asiik ngomongin apa tuuh?" Arie dan irwan berkata melihat keasikan kami mengobrol.

Banyak yg bilang kami bidadari kantor tempat kami kerja. Tiap kami berdua jalan selalu ada cowo-cowo yang berbisik-bisik atau menyapa hanya ingin sekedar mendapat senyum kami. Bukan geer tp hal itu udah kami ketahui berdua dan terkadang itu malah membuat kami risih. Bukan artis, tetapi banyak sekali orang yang tiba-tiba tanpa kami tahu siapa mereka menyapa dan sok akrab pada kami.

****

"Kei cowo itu cakep juga deh hehe. Asik diajak ngobrol." Tiba2 vero datang memberitahuku tentang seorang cowo.
"Haa cowo mana? Walah Princessa Vero udah mulai jatuh cintaa nih, sapa tuh yang beruntung? Godaku
"Ya jatuh cinta banget seh belom lah, tapi siapa tahu, menarik juga nih cowo. Tapi aku juga ga tau dia interest ma aku ato hanya basa basi karena perjodohan ini."

Heem seperti jaman siti nurbaya aja nih si Vero. Demi bisnis keluarga mau mempersatukan 2 keluarga dengan perjodohan anak-anaknya. Anehnya selama ini vero tak mau kerja di perusahaan papanya. Sebenarnya yang mulai terjun ke perusahaan itu adiknya. Kalau kutanya kenapa dia justru bekerja pada perusahaan lain sedangkan perusahaan papanya besar dan pasti dengan mudah dia masuk kesana krn kapasitas dia juga sudah teruji. Dia pintar dan bisa bekerja dengan sangat baik. Prestasi kerja dia di perusahaan kami juga sangat bagus. Tetapi dia selalu berkata tak mau memakai fasilitas ortu melulu. Pengen menikmati uang hasil keringat sendiri, begitu selalu dia katakan. Tapi nyatanya sekarang dia mau juga dikenalkan untuk dijodohkan pada seorang laki-laki yang bahkan dia tak tahu siapa laki-laki itu awalnya. Mungkin laki-laki itu seseorang yang sangat spesial sehingga Vero rela dijodohkan, aku tak tahu.

****

Biip biip, bb aku berbunyi
'Kei cantik apa kabar? Aku bingung...'
Bbm dari ernest
'Bingung napa?'
'Heeem-_-, hope you were here beib'
'Hahaha tumben bingung, biasanya bukannya km yg bingungin org'
'Whaat's?? Emank siapa yg ak bikin bingung hehe'

(*bahasa BBM yang tidak formal dan selalu disingkat-singkat)

Dalam 3 bulan ini aku bingung akan sikapnya. Aku tak tahu apa dia hanya menganggap aku teman atau sahabat saja. Tapi mengapa dia slealu buat aku berdebar-debar akan kata-katanya selama ini. Apa aku kelewat geer?? Aku hanya bisa bertanya-tanya tentang dia selama ini.

****

"...Maafkan aku mencintai dia...bukan kamu. Meskipun kau terluka...bukan kamu..bukan kamu tapi dia..."

#Lagu Bukan kamu dari penyanyi pendatang baru Vanesa mengalun di radio mobilku.

Entah mengapa aku merasa lagu itu seperti berbicara padaku.
Hari ini Andi datang padaku dan tiba-tiba dia berkata mencintai aku. Untuk kesekian kalinya. 

Aku mengenal Andi sudah cukup lama. Dari dulu dia sudah terlihat tertarik padaku. Hanya saja aku tak pernah memberi dia kesempatan untuk memasuki hatiku. Berulang kali dia berkata cinta, tapi berulang kali pula aku menolak dia. Tetapi dia tak pernah menyerah. Hanya dia laki-laki yang selalu datang lagi walau sudah berulang kali kutolak. Sikapnya, tutur katanya selalu baik. Tak ada yang berubah. 


Berbeda dari kebanyakan laki-laki yang sekali saja kutolak langsung mundur teratur bahkan kadang setelah itu membuang muka ketika melihat atau bertemu tak sengaja denganku. Bahkan ada yang langsung menganggap aku musuh mereka. Atau bahkan saat mereka punya pacar lansung pamer kemesraan saat aku ada disitu.
Entah sengaja atau tidak, aku juga tak mengerti.

Aku memarkir mobilku dihalaman kostku.

"Lembur kei?" Sapa ibu kost saat aku masuk ke rumah.
"Ga sih bu, tadi sempat jalan-jalan ama teman dulu sepulang kerja." Jawabku
"Oo...ya sudah istirahat ya. Sudah agak malam. Anak kost lain sudah pulang semua, jadi ibu mau minta pak Min kunci gerbang kost."
"Iya bu, makasih." Ujarku sambil menuju ke kamar kostku.

Rumah kost ini hanya dihuni 5 anak kost ditambah ibu kost dan keponakan ibu kost serta 2 orang penjaga kost.
Ibu Mirna, pemilik kost adalah seorang janda. 2 anaknya sudah besar dan sudah tinggal bersama keluarga mereka masing-masing.
Karena rumahnya terlalu besar untuk ditinggali seorang diri maka sejak suaminya meninggal dia menyewakan kamar-kamar dirumahnya. Tepatnya bukan seperti tempat kost biasa. Disini kita seperti tinggal dirumah dengan seorang ibu. Semua wanita. Hanya 1 keponakan ibu kost yg masih SMU yg laki-laki dan 2 penjaga kost pak Min dan mang Ujang. Bi sumi hanya datang pagi dan pulang pada sore hari setelah pekerjaan membersihkan rumah dan mencuci serta menyetrika selesai.

Ibu Mirna sangat baik. Kami semua penghuni kost dianggapnya anak-anaknya. Dia juga sangat perhatian pada kami. Terkadang setiap sabtu buat kami yang masih jomblo bisa dapat jatah jalan-jalan dan shopping dengannya. Terkadang dia membelikan kami baju atau makanan saat kami pergi bersama. Aku sering segan jika setiap sabtu dirumah saja karena aku jomblo. Tapi bu Mirna tak pernah mempermasalahkan itu. 


Ibu Mirna seperti pengganti almarhumah mama yg sudah meninggalkan aku 3 tahun lalu. Aku sering kesepian sejak orangtuaku tak ada. Walau aku punya 2 orang kakak laki-laki, tapi mereka tak bisa setiap saat menemuiku karena mereka punya keluarga masing-masing.

Meski aku tahu mereka sayang padaku hanya sesekali mereka menemuiku atau menelponku. Kesibukan menyita waktu kami. Dikota metropolitan ini smua waktu bisa habis dalam sekejap tanpa kita sadari. Bekerja dan kesibukan mengurus keluarga seakan membentangkan jarak diantara kita, terlebih setelah mama meninggal.

Aku membaringkan diriku ditempat tidurku. Meringkuk dalam kegelapan kamar yang tak kunyalakan lampunya.

"Aku kangen kamu Ernest...sedang apa kamu sekarang?" Gumamku pelan
Sudah beberapa hari ini bbm ku kadang tak dibalasnya. Dia juga tak bbm balik aku. Apa salahku??

'Nes lagi apa?'

Aku kirim bbm padanya. Keluar tanda D yang artinya delivered. Tapi sampai lama kuamati tak berganti R yang berarti belum dibacanya.
Aku bertanya-tanya kenapa dia jarang membaca bbmku. Bahkan kadang dibaca tapi tak dia balas.
Tega banget dia yaa. Aku bingung. Ingin cerita padanya tapii...


>> bersambung ke Tentang Dia (2) <<

Tentang Dia (PROLOG)

PROLOG

Aku tak tahu sejak kapan aku mulai memikirkan dia. Sepertinya sudah sangat lama. Padahal aku bertemu dengannya 3 bulan yang lalu secara tidak sengaja.

#3 bulan yang lalu

“Hai cantiik…sendirian aja nih?”
Aku mengacuhkan sapaan itu karena aku memang tidak kenal laki2 itu.
“Sombong sekali sih kamu??” Laki-laki itu mulai berteriak agak marah.

Aku bingung, apa salahku? Karena aku tak mengenalnya, wajar saja kalau aku tak membalas sapanya yang agak menggoda dan melecehkan itu.
Tiba-tiba dia datang, duduk disebelahku.

“Si cantik ini istriku, kamu mau apa? Ganggu dia?” katanya pada laki-laki itu.

Lebih bingung lagi aku padanya. Ga kenal mengaku-ngaku suamiku. Sejak kapan aku menikah…hmm lucu juga dia, karena ingin menolongku mengaku-ngaku sebagai suamiku.
“Oo istrimu? Maaf pak yaa…saya piker dia belum menikah.”
“Jadi kalau dia ga bersamaku apa kamu suka menggoda dan melecehkannya?” ucapnya agak keras.
“Ehmm..ga juga sih. Saya hanya mau menyapanya karena dia cantik.” Kata laki-laki itu dengan wajah meringis.
“Salah kalau punya wajah cantik? Sudah sana pergi jangan ganggu istriku.”

Lalu laki-laki itu pergi dari sana. Aku menarik nafas lega. Syukurlah ada dia. Aku sempat kuatir karena laki-laki tadi seperti preman. Dan awalnya kuatir kalau mereka akan berkelahi karena aku.

“Terima kasih ya.” Ujarku padanya
“Sama-sama. Kamu memang terlalu cantik untuk sendirian.” Dia tersenyum.
Dia duduk disebelahku dan memesan makanan serta minuman.
“Boleh kenalan?” “Ernest.” Katanya sambil mengulurkan tangan kanannya.

Aku melihat kearahnya. Baru aku sadari wajahnya lumayan tampan juga. Hidungnya mancung, matanya sedikit sipit. Kulitnya kecoklatan tetapi bersih. Dengan kumis tipis seperti habis bercukur. Dan senyumnya indah sekali. Saat dia tertawa aku melihat giginya putih tertata rapi. Aku terkesima sesaat.

“Halo, kog malah bengong. Boleh tau nama kamu?”
“Oo iya…Kezia. Panggil aja aku kei.” Jawabku sedikit kaget.
“Bener juga ya kamu itu cantik…ga salah laki-laki juga, kalau kamu sendirian mungkin banyak yang godain.” Katanya sambil menatapku dengan senyum indahnya dan matanya yang menyipit.



>> bersambung ke Tentang Dia (1) <<