"Ver gimana kemarin ketemu calon suami?" tanyaku pada Vero.
"Heem biasa aja. Calon papa kali, bukan calon aku." jawab Vero. Tapi sekilas aku menangkap rona merah diwajahnya. Dia terlihat malu-malu mengakui tentang perasaannya mungkin terhadap pria itu.
"Ganteng ga? Ya kan bisa lah kenalan2 dulu, siapa tahu memang cocok." kataku sambil tersenyum.
"Yah lumayan ganteng deh. Nanti deh aku pikir2 dulu..demi bisnis papa." Mulut Vero manyun tetapi tak ada nada penolakannya terhadap perjodohan itu. Mungkin pria ini spesial sehingga membuat Vero berpikir ingin kenal lebih jauh dengannya.
Siapa yaaa?? Aku sedikit penasaran karena tidak biasanya dia seperti itu. Melihat sejak aku bersahabat dengannya, tak ada satu pria pun yang berhasil menaklukkan hatinya. Padahal ada Bagas (kepala bagian produksi) yang sudah lama naksir berat padanya tetapi tidak pernah sekalipun dia memberi kesempatan pada pria itu untuk memasuki hatinya. Atau beberapa pria dikantor kami yang menaruh hati padanya tetapi tak ada satupun yang dianggapnya spesial.
"Hadeeh 2 bidadari kita lg asiik ngomongin apa tuuh?" Arie dan irwan berkata melihat keasikan kami mengobrol.
Banyak yg bilang kami bidadari kantor tempat kami kerja. Tiap kami berdua jalan selalu ada cowo-cowo yang berbisik-bisik atau menyapa hanya ingin sekedar mendapat senyum kami. Bukan geer tp hal itu udah kami ketahui berdua dan terkadang itu malah membuat kami risih. Bukan artis, tetapi banyak sekali orang yang tiba-tiba tanpa kami tahu siapa mereka menyapa dan sok akrab pada kami.
****
"Kei cowo itu cakep juga deh hehe. Asik diajak ngobrol." Tiba2 vero datang memberitahuku tentang seorang cowo.
"Haa cowo mana? Walah Princessa Vero udah mulai jatuh cintaa nih, sapa tuh yang beruntung? Godaku
"Ya jatuh cinta banget seh belom lah, tapi siapa tahu, menarik juga nih cowo. Tapi aku juga ga tau dia interest ma aku ato hanya basa basi karena perjodohan ini."
Heem seperti jaman siti nurbaya aja nih si Vero. Demi bisnis keluarga mau mempersatukan 2 keluarga dengan perjodohan anak-anaknya. Anehnya selama ini vero tak mau kerja di perusahaan papanya. Sebenarnya yang mulai terjun ke perusahaan itu adiknya. Kalau kutanya kenapa dia justru bekerja pada perusahaan lain sedangkan perusahaan papanya besar dan pasti dengan mudah dia masuk kesana krn kapasitas dia juga sudah teruji. Dia pintar dan bisa bekerja dengan sangat baik. Prestasi kerja dia di perusahaan kami juga sangat bagus. Tetapi dia selalu berkata tak mau memakai fasilitas ortu melulu. Pengen menikmati uang hasil keringat sendiri, begitu selalu dia katakan. Tapi nyatanya sekarang dia mau juga dikenalkan untuk dijodohkan pada seorang laki-laki yang bahkan dia tak tahu siapa laki-laki itu awalnya. Mungkin laki-laki itu seseorang yang sangat spesial sehingga Vero rela dijodohkan, aku tak tahu.
****
Biip biip, bb aku berbunyi
'Kei cantik apa kabar? Aku bingung...'
Bbm dari ernest
'Bingung napa?'
'Heeem-_-, hope you were here beib'
'Hahaha tumben bingung, biasanya bukannya km yg bingungin org'
'Whaat's?? Emank siapa yg ak bikin bingung hehe'
(*bahasa BBM yang tidak formal dan selalu disingkat-singkat)
Dalam 3 bulan ini aku bingung akan sikapnya. Aku tak tahu apa dia hanya menganggap aku teman atau sahabat saja. Tapi mengapa dia slealu buat aku berdebar-debar akan kata-katanya selama ini. Apa aku kelewat geer?? Aku hanya bisa bertanya-tanya tentang dia selama ini.
****
"...Maafkan aku mencintai dia...bukan kamu. Meskipun kau terluka...bukan kamu..bukan kamu tapi dia..."
#Lagu Bukan kamu dari penyanyi pendatang baru Vanesa mengalun di radio mobilku.
Entah mengapa aku merasa lagu itu seperti berbicara padaku.
Hari ini Andi datang padaku dan tiba-tiba dia berkata mencintai aku. Untuk kesekian kalinya.
Aku mengenal Andi sudah cukup lama. Dari dulu dia sudah terlihat tertarik padaku. Hanya saja aku tak pernah memberi dia kesempatan untuk memasuki hatiku. Berulang kali dia berkata cinta, tapi berulang kali pula aku menolak dia. Tetapi dia tak pernah menyerah. Hanya dia laki-laki yang selalu datang lagi walau sudah berulang kali kutolak. Sikapnya, tutur katanya selalu baik. Tak ada yang berubah.
Berbeda dari kebanyakan laki-laki yang sekali saja kutolak langsung mundur teratur bahkan kadang setelah itu membuang muka ketika melihat atau bertemu tak sengaja denganku. Bahkan ada yang langsung menganggap aku musuh mereka. Atau bahkan saat mereka punya pacar lansung pamer kemesraan saat aku ada disitu.
Aku mengenal Andi sudah cukup lama. Dari dulu dia sudah terlihat tertarik padaku. Hanya saja aku tak pernah memberi dia kesempatan untuk memasuki hatiku. Berulang kali dia berkata cinta, tapi berulang kali pula aku menolak dia. Tetapi dia tak pernah menyerah. Hanya dia laki-laki yang selalu datang lagi walau sudah berulang kali kutolak. Sikapnya, tutur katanya selalu baik. Tak ada yang berubah.
Berbeda dari kebanyakan laki-laki yang sekali saja kutolak langsung mundur teratur bahkan kadang setelah itu membuang muka ketika melihat atau bertemu tak sengaja denganku. Bahkan ada yang langsung menganggap aku musuh mereka. Atau bahkan saat mereka punya pacar lansung pamer kemesraan saat aku ada disitu.
Entah sengaja atau tidak, aku juga tak mengerti.
Aku memarkir mobilku dihalaman kostku.
"Lembur kei?" Sapa ibu kost saat aku masuk ke rumah.
"Ga sih bu, tadi sempat jalan-jalan ama teman dulu sepulang kerja." Jawabku
"Oo...ya sudah istirahat ya. Sudah agak malam. Anak kost lain sudah pulang semua, jadi ibu mau minta pak Min kunci gerbang kost."
"Iya bu, makasih." Ujarku sambil menuju ke kamar kostku.
Rumah kost ini hanya dihuni 5 anak kost ditambah ibu kost dan keponakan ibu kost serta 2 orang penjaga kost.
Ibu Mirna, pemilik kost adalah seorang janda. 2 anaknya sudah besar dan sudah tinggal bersama keluarga mereka masing-masing.
Karena rumahnya terlalu besar untuk ditinggali seorang diri maka sejak suaminya meninggal dia menyewakan kamar-kamar dirumahnya. Tepatnya bukan seperti tempat kost biasa. Disini kita seperti tinggal dirumah dengan seorang ibu. Semua wanita. Hanya 1 keponakan ibu kost yg masih SMU yg laki-laki dan 2 penjaga kost pak Min dan mang Ujang. Bi sumi hanya datang pagi dan pulang pada sore hari setelah pekerjaan membersihkan rumah dan mencuci serta menyetrika selesai.
Ibu Mirna sangat baik. Kami semua penghuni kost dianggapnya anak-anaknya. Dia juga sangat perhatian pada kami. Terkadang setiap sabtu buat kami yang masih jomblo bisa dapat jatah jalan-jalan dan shopping dengannya. Terkadang dia membelikan kami baju atau makanan saat kami pergi bersama. Aku sering segan jika setiap sabtu dirumah saja karena aku jomblo. Tapi bu Mirna tak pernah mempermasalahkan itu.
Ibu Mirna seperti pengganti almarhumah mama yg sudah meninggalkan aku 3 tahun lalu. Aku sering kesepian sejak orangtuaku tak ada. Walau aku punya 2 orang kakak laki-laki, tapi mereka tak bisa setiap saat menemuiku karena mereka punya keluarga masing-masing.
Meski aku tahu mereka sayang padaku hanya sesekali mereka menemuiku atau menelponku. Kesibukan menyita waktu kami. Dikota metropolitan ini smua waktu bisa habis dalam sekejap tanpa kita sadari. Bekerja dan kesibukan mengurus keluarga seakan membentangkan jarak diantara kita, terlebih setelah mama meninggal.
Aku membaringkan diriku ditempat tidurku. Meringkuk dalam kegelapan kamar yang tak kunyalakan lampunya.
"Aku kangen kamu Ernest...sedang apa kamu sekarang?" Gumamku pelan
Sudah beberapa hari ini bbm ku kadang tak dibalasnya. Dia juga tak bbm balik aku. Apa salahku??
'Nes lagi apa?'
Aku kirim bbm padanya. Keluar tanda D yang artinya delivered. Tapi sampai lama kuamati tak berganti R yang berarti belum dibacanya.
Aku bertanya-tanya kenapa dia jarang membaca bbmku. Bahkan kadang dibaca tapi tak dia balas.
Tega banget dia yaa. Aku bingung. Ingin cerita padanya tapii...
>> bersambung ke Tentang Dia (2) <<
Tidak ada komentar:
Posting Komentar