Senin, 24 Juni 2013

Tentang Dia (6)


Aku terhenyak membaca tulisan nya disurat itu. Ternyata, dia mencintaiku. Ya Tuhan kenapa baru sekarang dia katakan itu. Antara sedih dan senang. Aku senang ternyata aku tak bertepuk sebelah tangan, tapi kini aku sedih karena semua sudah terlambat. Dan kini….aku juga tau dia sudah pergi, entah kemana.

Sekarang aku jadi cemas dan tak tahu harus berkata apa. Antara bingung apa yang aku harus lakukan menerima semua ini. Aku menangis mendekap surat itu. Ternyata sebegitu beratnya hidupnya. Apa yang terjadi? Banyak tanya bersliweran dibenakku namun tak satupun aku dapat jawabnya.

Kriiing…kriing…

Aku terkejut, ponselku berbunyi nyaring. Aku merogoh tasku yang tergeletak diatas kasurku. Dari Vero…Ya Tuhan aku baru teringat Vero, dia kan calon istrinya, kenapa aku bisa lupa padanya. Aku menerima surat dari calon suaminya mengabarkan dia pergi, dan kini aku harus menghadapi Vero yang mungkin mengabarkan tentang calon suaminya yang pergi di malam sehari sebelum pernikahan mereka.

“Haloo…” aku berusaha menenangkan debaran jantungku yang berdegup lebih kencang dari biasanya. Dan berharap semoga mulut dan pikiran tidak bekerjasama dengan baik, karena saat ini dipikiranku hanya ada nama Ernest, dan itu jangan sampai terucap dimulutku dan didengar Vero saat ini.

“Keii….” Teriak Vero kencang diponselnya. Aku harus menjauhkan sedikit ponselku dari telingaku.

“Vero….napa Ver? Kenapa teriak sekencang itu?” tanyaku dungu.

“Kei…calon suamiku pergi….dia mengirim surat padaku mengabarkan pernikahan kita batal dan dia kini pergi entah kemana Kei….” Kudengar dia berbicara setengah histeris. Lalu terdengar isaknya sedikit nyaring.

“Ya Tuhan Kei, apa yang harus aku lakukan? Besok kita akan menikah dan pengantin laki-lakinya ga ada….” Ujarnya lebih lanjut.

Ya Tuhan ternyata dia bukan satu-satunya wanita yang hanya dipamiti lewat surat oleh Ernest. Bahkan kepada Vero dia hanya mengucap ingin pergi juga lewat surat. Aku sedikit geram pada Ernest, pada sikap pengecutnya, tapi aku pun tak bisa menyalahkan dia sepenuhnya, mungkin dia tak tahu lagi harus melakukan apa.

Aku hanya terdiam tak mampu mengatakan apa-apa pada Vero, karena pikiranku saat ini juga sedang kosong, tak tau harus memikirkan apa. Kelelahanku memikirkan Ernest yang akan menikah beberapa hari ini bahkan hari ini saat aku menerima suratnya yang mengabarkan kepergiannya. Semua terasa begitu cepat bagiku.

“Kei…kamu masih disitu? Kei aku harus bagaimana?” tanyanya dengan suara sendu.

Aku bisa merasakan kepedihan dia saat ini, bukan hanya harga dirinya yang terbanting hingga dasar karena kejadian ini, tapi bagaimana pula dia menghadapi semuanya ini sendiri dengan hati yang terluka dan harga diri yang hancur, itu terasa lebih berat.

“Aku kesana Ver….” Hanya itu yang terucap dari bibirku saat ini. Aku tak sanggup lagi untuk berkata apa-apa.


***

Vero menangis tersedu memelukku, kadang tangisannya histeris, kadang tersedu dan terisak kecil. Aku hanya diam, tak tahu apa yang harus aku katakana. Kelu semua lidahku, aku hanya membisu ikut mencoba merasakan kepedihannya.

“Apa salahku Kei sampe dia gitu ke aku?” “Kalau dia ga mau merit sama aku, napa dia harus kasih harapan seakan-akan dia mau sama aku, cinta sama aku. Aku ga ngerti Kei. Rasanya sakit banget dia harus giniin aku.” Ucapnya sambil tersendat-sendat diiringi tangisan.

“Sabar Ver.”

“Apa coba ini…hanya bilang maaf tak bisa menikahimu….gilaaa disaat-saat terakhir besok aku ama dia mau nikah. Aku bisa gila Kei.” Ucapnya sedikit keras.

Aku melirik kertas ditangan Vero kesekian kalinya, tadi sempat kubaca kertas itu, hanya singkat kata-kata di kertas itu.

Maaf Vero…aku sadar tak bisa menikahimu…Maaf…

Aku hanya terhenyak, kata-kata itu singkat namun kalau aku yang menerimanya akupun bisa gila. Semua harapan, impian yang sudah kurancang tiba-tiba hancur berkeping-keping. Walau aku tahu ada sekeping hati lain diluar sana yang diam-diam berharap hal seperti ini terjadi. Dan posisi itu sekarang aku alami. Akulah sekeping hati yang mengharapkan hal ini terjadi. Ya Tuhan, apa aku berdosa mengharapkan hal ini terjadi?

***

Rabu, 19 Juni 2013

Bukan Hanya Tentang Aku


Hidup bukan tanpa tangis
Tapi justru dengan tau menangis, kita jadi bersyukur saat bisa tertawa
Hidup bukan tanpa sakit
Tapi justru dengan tau rasanya sakit, kita jadi bersyukur saat bisa sehat

Satu hal yang aku harus terus tanamkan dihatiku
Tak ada masalah yang terlampau besar yang tak bisa aku lalui
Tapi…kadang aku merasa kecil, kadang merasa hampa dan hampir menyerah
Mengapa masalah kecilpun buat hatiku bisa merasa begitu sakit
Namun aku melihat semua bukan hanya melulu aku
Aku tak mau menyalahkan keadaan dan orang lain

Dengan begitu
Aku bisa belajar, bagaimana rasanya orang lain tersudut seperti aku
Bagaimana rasanya orang lain mengalami hal sama seperti aku
Dari situ aku belajar lebih banyak bersyukur
Bahwa saat bunga layu, esok akan ada bunga baru yang lebih indah akan tumbuh
Bahwa saat seluruh pintu dihadapanku tertutup rapat, akan ada pintu disampingku terbuka

Hanya tegarkan hati, aku harus bertahan
Karena yang bertahan dan bertekun sampai akhir
Itu yang akan menang

@dewi JC

Kamis, 13 Juni 2013

Tanpamu

Bukan hanya denganmu aku bahagia
Tapi tanpamu pun aku berhak dan memilih untuk bahagia
Meskipun aku merasa terlalu dalam luka yang kau sudah taruh dihatiku dengan sengaja
Entah...aku merasa kau sengaja melukaiku 
Meninggalkan aku tanpa kata perpisahan bahkan sepotong kata maaf yang aku harap kamu ucapkan
Dulu memang aku tak dapat melepasnya
Tapi kini, bahagia bukan hanya dengan mendekapmu
Bahagia bukan hanya bercakap denganmu
Mendengar tawa dan leluconmu
Bahagia bukan hanya memandang kamu
Buktinya saat aku bisa melepasmu pun aku bahagia
Saat aku bisa memaafkan keadaanmu kini pun aku bahagia
Bahagia adalah keputusan....mau kuambil atau kulepas ada pada keputusanku
Aku bahagia...lebih bahagia kalau kamu bisa bahagia

@dewi jc

Sabtu, 01 Juni 2013

EMAS ATAU BATU?

verseinspire.tumblr.com

"Bukan perkara mudah, saat disakiti, kita tidak mengumpat balik, saat dihujat, kita tidak menghujat balik, saat difitnah, disalahkan, kita tidak membela diri dan membenarkan sikap kita.
Bukan perkara mudah memang, saat semua hal ga enak terjadi dalam hidup kita, yang kita lakukan berdiam diri, merendahkan hati dan mulai masuk dalam keheningan bersama Tuhan." 
@Dewi JC

Tadi aku baru aja share dengan seorang ibu, yang menurutku luar biasa dan patut diteladani. Dia hanya seorang wanita, ibu dari 4 anak, biasa saja, perawakannya pun kecil, wajah juga biasa dengan kehidupan yang biasa bahkan kalau bisa dikatakan hanya berkecukupan bukan kaya namun tidak disebut miskin. Tetapi ada satu hal yang luar biasa saat aku berbincang dengannya, tak bisa dikatakan dengan kata-kata seperti apa  dia, namun satu hal, aku bisa melihat dibalik kehidupan dia, pribadi dan karakter dia yang patut diteladani terpancar jelas.

Banyak hal terjadi dalam hidup dia, bukan hal yang enak, bukan hal yang selalu bagus. Tapi yang dia lakukan menghadapi semua hal ga enak itu yang sungguh luar biasa. Dia hanya bisa berdiam diri, merendahkan hati dan yang terindah adalah matanya tetap tertuju pada Tuhan. Bukan memandang dan mendengar kalimat-kalimat hujat, fitnah, maki dan cacian sebagai sesuatu yang mematikan karakter dan pribadinya yang indah tetapi semakin mengasah dia menjadi pribadi dan karakter yang berkilau dan patut dipuji.
Hidupnya dari berkesusahan menjadi hidup yang terus berkemenangan, hidup yang berlimpah damai sejahtera, hidup yang melayani, hidup yang sungguh bersandar dan mengandalkan Tuhan saja.

Ga ada habisnya cerita yang luar biasa bisa dishare oleh dia, sepertinya Tuhan begitu sayang padanya, dimanapun dia ada, seakan kesitu juga Tuhan melimpahinya dengan damai, sukacita dan berkat yang berlimpah. Berkat disini mungkin tidak hanya secara materi, walau diakuinya itu pun Tuhan sediakan dengan caraNya yang ajaib melalui setiap hal-hal dan orang-orang yang dikirim untuk menolongnya. Namun apa yang dia ga pernah dengar, lihat bahkan hanya baru timbul dari dalam hatinya, itu yang Tuhan sediakan buatnya dan keluarganya.

Mencari Tuhan dan memujiNya disaat keadaan tidak enak tidaklah mudah. Bahkan disaat seperti itu terkadang kita merasa Tuhan terlalu jauh untuk dijangkau, terlalu jauh untuk mendengar suara teriakan kita sekalipun, terlalu jauh untuk melihat setiap airmata yang mengalir dari mata kita, bahkan terlalu jauh untuk dapat kita merasa Dia memeluk kita.

Tapi disaat-saat itu lah hati kita sedang diproses, apakah yang keluar itu emas murni yang bernilai mahal atau hanya segumpal batu hitam yang mengerak dan tak berharga.
Kerendahan hati kitalah yang menentukan apakah kita emas atau cuma batu, saat kepala kita menunduk Tuhan tahu apa yang keluar dari mata kita, apa yang keluar dari bibir kita. 

Itulah sulitnya. Tapi saat kita dengan sabar berdiam diri, masuk dalam keheningan dan mulai memekakan telinga kita pada suaraNya, mendengarkan Dia, mencari Dia, memuji Dia, melakukan FirmanNya dan membiarkan Dia membentuk kita. Kita akan menyadari betapa dekatnya Dia dengan kita, betapa rindunya Dia memeluk kita dan mengusap setiap tetes airmata kita, menghitung setiap pujian dan penyembahan kita dihadapanNya. Tuhan tak pernah berhutang, apa yang Dia janjikan tak pernah Dia ingkari dan Dia pasti genapi janjiNya. 

Disinilah perlunya kita membiarkan Tuhan bergerak dalam hidup kita melalui RohNya yang Kudus. Agar apa yang kita lakukan bukan lagi apa yang kita mau tapi yang Tuhan mau.

@By Dewi JC (June 01 '13)

Terjemahan bebas:

"Level tertinggi dalam penyembahan adalah memuji Tuhan disaat merasa sakit, berterimakasih padaNya disaat ujian datang, mempercayaiNya disaat pencobaan datang, berserah pada Tuhan dikala dukacita, dan tetap mencintai Tuhan disaat Dia terasa jauh." Rick Warren