Senin, 14 Januari 2013

Part Of Me Is You 1


Aku berbaring menatap hamparan bintang dilangit. Mengingat senyumnya, tatapan matanya yang teduh. Seindah bintang-bintang di langit, seindah pula wajah itu terlukis dilangit malam ini.

Sedang apa kamu sekarang sayang…desahku resah…mengucap namanya dalam hatiku penuh kerinduan. Aku tersenyum, setiap mengingatnya aku tersenyum dan merindunya.

Angin malam mendesir menerbangkan daun-daun dimusim gugur ini. Tumben malam ini cuaca cerah karena sudah beberapa hari diguyur hujan terus menerus tanpa henti. Tapi hari ini cuaca begitu cerah, matahari bersinar cerah dan angin berhembus lembut. Sampai malam hari tak satu tetespun air hujan turun. Aku merapatkan jaketku karena angin yang kurasakan mulai menusuk kulit menembus persendian dan tulangku.

***

“Lima bulan lagi aku pulang,” kataku pada papa.

“Buat apa kamu lama-lama disana? Apa yang kamu lakukan selama ini, jangan jadi laki-laki pengecut. Ayo pulang temui wanita itu. Dia menanyakan terus keberadaanmu. Selain itu dia juga selesaikan masalahmu yang tertunda selama ini dengannya.” Ucap laki-laki yang kupanggil papa diseberang sana.

“Papa maaf aku sudah memutuskan tak lagi melanjutkan semuanya. Tolong katakana itu pada dia pa. Aku lelah selalu hidup dalam bayang-bayang papa selama ini.” Ucapku acuh.

“Anak kurang ajar, kamu pikir siapa yang memulai hal itu. Kamu yang awalnya setuju lalu sekarang kenapa mengelak..ayo tunjukkan tanggung jawabmu, kamu kan sudah dewasa.” Ucap laki-laki itu dengan nada marah.

“Pa aku udah ga mau tengkar lagi sama papa, jadi sudahlah pa.” ujarku masih dengan nada sopan, meredam kekesalan yang hampir terungkap lewat nada suaraku.

“Sayang, kamu pulang dulu yaa…kita bicarakan dirumah ya. Jangan bertengkar dengan papa di telpon. Masih bisa kan kita bicarakan baik-baik semuanya.” Ucap wanita yang sekarang menjadi istri menggantikan mamaku itu. Tante Sofia. Entah bagaimana bisa telpon itu sudah berpindah tangan ke tangan wanita itu.

“Iya tante, aku juga ga mau bertengkar dengan papa kog. Aku juga sudah lelah. Maka itu jangan urusi lagi kehidupan aku. Toh aku sudah melakukan yang papa mau selama ini. Jadi aku pikir sudah saatnya aku mencari kehidupan aku sendiri. Dan tolong jangan ikut campur masalah kami, tante ga tau apa-apa.” Ucapku sedikit kesal pada wanita itu. 

Entah mengapa tiba-tiba aku teringat mama. Dan mengingat betapa mama menderita setelah wanita itu berani datang tiba-tiba memasuki kehidupan kami yang indah pada awalnya dan secara tiba-tiba mengusik kehidupan itu. Aku selalu menganggap dia merebut papa. Papa yang awalnya milik kami, mama dan aku.

Brengsek umpatku tanpa suara. Kenapa harus wanita itu yang sekarang memegang telponnya dan berbicara padaku. Aku tak pernah mau berbicara dengannya. Sama sekali sejak dia mulai masuk dalam hidup kami, aku membencinya. Sangat membencinya. 

Dia bukan hanya membuat mamaku menderita tetapi juga sekaligus menyebabkan mama akhirnya meninggal.
Hanya karena aku masih menghormati papa saja masih bisa mengucap dan memanggil dia dengan sebutan tante. Kalau tidak, aku akan memanggil dia pelacur, wanita simpanan atau apalah dengan makian kasar lainnya.

“Sudah tante, jangan ikut campur, aku lelah.”

Klik…aku matikan telponnya dengan kesal. Entah mengapa setiap wanita itu ikut campur dalam pembicaraan antara aku dan papa, bukan malah menyelesaikan permasalahan tetapi makin membuat aku semakin kesal dan marah.





***

Aku menyusuri  jalanan kota New York  di musim gugur. Kota terpadat didunia dengan segala kesibukannya. Aku menyusuri jalanan dimana orang-orang yang tergesa-gesa bergegas pergi ke tempat tujuan mereka, namun ada juga yang berjalan santai dengan menikmati suasana musim gugur yang sebentar lagi beralih menjadi lebih dingin.

Daun-daun menguning dan berjatuhan mengotori jalanan kota yang tetap padat mendenyutkan nafasnya. Namun suasana musim gugur yang syahdu membuat keindahan tersendiri bagi setiap orang yang menginjakkan kakinya dikota ini. Terlebih agen-agen perjalanan yang sudah mulai sibuk membawa banyak wisatawan asing dari berbagai Negara untuk menikmati musim gugur dikota ini maupun didaerah-daerah sekitar New York yang terkenal indahnya.

Sambil terus berjalan aku menendang-nendang daun-daun yang terhampar dijalanan kota . 

Tiba-tiba mataku tertumbuk pada sosok orang yang kukenal.

Gadis itu melangkah cepat dengan kaki-kakinya yang jenjang. Melewati kerumunan orang di sebrang jalan tempat aku berjalan. Dia nampak tergesa, rambutnya yang tergerai melambai kekanan dan kekiri. Badannya yang ramping meliuk-liuk menghindari orang yang berpapasan dengannya atau saat dia menerebos orang didepannya. Tak jarang senyumnya yang indah tersungging dimulutnya dan kata lirih ‘sorry’ tertangkap dari mulutnya yang mungil.

Aku tergesa mengikutinya. Mataku tak lepas dari sosok itu.
Mau kemana dia? Kenapa dia ada disini? Ya Tuhan apa yang dia lakukan disini? Aku sedikit bingung tapi sambil terus mengikuti  dia.

Di tikungan dia berbelok. Aku  tergagap kehilangan dia. Teryata dia memasuki sebuah gedung perkantoran megah di tangah kota New York, Ramsay state building. Salah satu gedung perkantoran paling sibuk dikota New York.

Pikiranku berkecamuk dengan berbagai hal tentang dia. Jemima Anastasia…aku mendesahkan namanya tanpa sadar. Wanita yang selama 3 tahun ini aku tinggalkan begitu saja tanpa kabar. Tanpa pesan jelas. 

Aku terlalu pengecut  untuk bertemu dengannya lagi semenjak peristiwa 3 tahun lalu yang penuh drama. Dengan hanya meninggalkan sepucuk surat tanpa nama dan alamat. Aku terlalu pengecut untuk mengatakan sendiri kepadanya tentang perasaanku padanya. Karena aku juga terbelit sendiri oleh kebodohanku menyetujui untuk menikahi wanita lain yang tidak sekalipun mampir dan hadir utuh dalam hati dan pikiranku. Sejak mengenal Jemima pertama kali tanpa sengaja, aku sudah dibuat kagum oleh keberaniannya, kemandiriannya, kecerdasannya dan cara dia membawa dirinya selama ini. Aku merasa dia begitu istimewa. Meski perkenalanku dengannya hanya berlangsung sederhana tanpa sesuatu yang  menggebu dan istimewa, tetapi bagiku dia begitu istimewa. Entah dia menganggap aku apa, tetapi bagiku dia begitu special. Dan aku begitu bodoh tak mengakui hal itu kepadanya. Terlebih lagi begitu bodoh hingga terjebak pada perjodohan konyol yang diatur oleh ayahku.

Tiinn….tiiinn…klakson mobil tiba-tiba mengagetkanku. Tanpa sadar aku berjalan hampir ke tengah jalan.

“Heeiii liat tanda jalan….sudah merah buat pejalan kaki.” Teriak seorang yang melongokkan kepalanya dari mobil yang membunyikan klakson dengan nada marah.

Cepat-cepat aku mundur kembali ketempat sebelum aku melangkah. Dan menunggu ulang lampu tanda pejalan kaki berubah hijau kembali. “Sori Pak…” teriakku padanya. Aku merutuki lamunanku pada Jemima sehingga membuatku hampir tertabrak mobil.

Saat lampu hijau nyala, segera aku menyebrang dengan sedikit berlari dan menuju kearah Ramsay state building.

Aku membuka pintu gedung itu. Sampai didalam gedung aku sedikit  bingung, karena aku tak tahu kemana arah Jemima tadi pergi, ke lantai berapa, ke ruangan mana.

Aku merasa sedikit bodoh karena aku tak tahu apapun tentang Jemima yang berada di kota ini. Atau apa itu ilusiku saja yang melihatnya dikota ini. Tapi melihatnya tadi terasa begitu nyata.

Aku bingung, hingga tiba-tiba…

“Tuan ada yang bisa saya bantu?” petugas security bertanya padaku karena mungkin melihat kebingungan aku.

“Hmmm…sori saya sedikit bingung pak,” ujarku, “Tadi saya melihat teman saya masuk ke gedung ini, tapi saya tak tahu dia  kearah mana, naik ke lantai berapa danke ruangan mana.” Ujarku lanjut sambil menggaruk-garuk rambutku yang tiba-tiba terasa gatal.

Dia tersenyum kearahku “Wah susah itu Tuan, gedung ini ada 50 lantai dan banyak sekali ruangan di dalam gedung ini. Banyak perkantoran juga ada digedung ini. Dia bekerja dimana? Siapa tahu mungkin saya mengenalnya.”

“Justru itu saya tidak tahu.” Ujarku sambil tersenyum padanya.


Aku meninggalkan gedung dengan langkah gontai. Hatiku menghangat, membayangkan Jemima, wanita yang selalu aku rindukan berada dalam 1 kota bersamaku. Meskipun aku tak tahu dimana dia tinggal, apa yang dia lakukan dikota ini. Tetapi membayangkan suatu hari aku bisa bertemu lagi dengannya, menatapanya, berbicara dengannya membuat bibirku tersenyum dan mataku berbinar.

“Haii…John bisa kamu bantu aku? Aku lagi cari informasi nih tentang seseorang”

Aku menutup pembicaraanku dengan John dan berharap orang kepercayaanku itu segera menemukan informasi yang kumau secepatnya.


To be Continued



4 komentar:

  1. pertamaaxxxx...
    wah sy msh meraba-raba gimana ini ceritanya sis..
    lanjutin yaaaaa....

    BalasHapus
    Balasan
    1. Thanks sista udh baca...awalnya biar bikin penasaran dulu deh hehe..moga penasaran yaa wkwkwk *geer pdhal masih amatir bangeet

      Hapus
    2. hihihi... sama2 amatir jg sis..
      pokoke sama2 berkarya dah!!

      Hapus
    3. Thanks dear...udh dilanjut dikit di pomiy 2...moga bs dimengerti ceritanya hehe

      Hapus