Hari-hari terasa berjalan lambat bagiku. Aku mengingat betapa hebohnya peristiwa batalnya pesta pernikahan Vero sebulan lalu.
Keluarga mereka benar-benar dipermalukan oleh Ernest. Papa dan mama tiri Ernest yang baru pertama kali aku lihat sampai membungkuk meminta maaf kepada orangtua Vero. Betapa harta dan kedudukan bisa membuat orang menundukkan diri pada orang yang lebih berkuasa darinya. Dibanding kekayaan yang dipunyai papa Ernest, kerajaan bisnis keluarga Vero memang lebih besar. Papa Vero adalah orang no 2 terkaya di negeri ini. Tak ada yang tak kenal papa Vero, wajahnya kerap menghiasi majalah-majalah bisnis dinegeri ini dan kerap diperbincangkan khalayak ramai. Orang-orang berlomba ingin bergabung masuk dalam perusahaan-perusahaan yang dimilikinya. Makanya dulu aku sempat bingung kenapa Vero memilih tidak bekerja pada papanya tapi malah bekerja di satu perusahaan yang bahkan kalah bonafid dari perusahaan papanya sendiri.
Hatiku merasa ikut sakit melihat hal itu. Betapa manusia sekarang boleh saling mengenal hanya karena harta. Sedangkan kalau kita tak punya apa-apa, namapun kadang terlupakan.
Aku juga mengingat Vero yang beberapa hari setelah kejadian itu seperti orang linglung dan kehilangan gairah hidup. Entah itu karena rasa malu dan harga dirinya yang seakan diinjak-injak ataukah karena rasa cintanya pada Ernest. Sampai akhirnya dia memutuskan untuk pergi ke luar negeri sementara waktu.
Aku hanya dapat berharap waktu yang akan menyembuhkan dia. Dan aku yakin Vero wanita yang tegar dan kuat. Dia akan mampu melewati semua itu.
Kini tinggal aku...semenjak kepergian Ernest tak satu kabarpun aku terima darinya. Nomor handphonenya tak pernah aktif. Aku bbm, aku email bahkan aku tunggu dia untuk chat di skype smua tidak pernah berhasil menghubungkan aku dengannya.
Aku tak tahu alasan sesungguhnya mengapa dia harus bersikap begitu padaku. Cinta...hanya memikirkan dia mencintaiku saja dadaku berdesir dan jantungku seakan berdetak dua kali lebih cepat.
Subject : Haiiii...
Haiii nest
Ini udah kesekian kalinya aku email kamu. Apakah ga pernah terbersit dibenakmu untuk membalasnya?
Aku hanya ingin tau kabarmu....that's it...(I miss u....wanna know something?)
Kei
Aku mengetik kesekian kali email ke Ernest. Namun berkali2 kubuka inbox emailku tak satupun aku dapati email dari dia. Dimana kamu Nest??
***
"Kakak...kakak lain kali datang kesini lagi ya kak!" Teriak seorang gadis kecil kepadaku.
Aku mengelus rambutnya yang hitam terurai panjang.
"Iya sayang, doain kakak bisa datang kesini lagi ya." Kataku lembut menatap matanya yang bersinar memohon.
"Janji ya kak." Dia memberikan kelingkingnya kepadaku untuk mengaitkan kepada kelingkingku sebagai tanda ikatan janji.
Aku tersenyum sambil mengaitkan kelingkingku pada kelingkingnya.
"Kakak ga janji ya sayang, tapi kakak usahakan kog." Ucapku
Dia tersenyum dan melambaikan tangannya yang mungil kepadaku. Aku mengecup pipinya kanan kiri lalu membalas lambaiannya.
Aku berjalan keluar panti dengan hati yang gembira. Mungkin hal ini yang beberapa kali ini aku lakukan untuk menghibur hatiku.
Daripada aku menghabiskan waktuku dengan melamun dan pergi ke tempat yang malah membuatku sedih, aku pergi ke satu panti dimana aku bisa membantu disana dan bercerita atau bermain bersama anak-anak panti.
Hal itu menghiburku, membuat aku merasa berguna, dan menghilangkan kesedihanku.
***
Sudah 2 bulan ini aku memikirkan untuk resign dari pekerjaanku. Aku berencana membuka usaha sendiri dari hasil kerjaku yang kutabung selama ini. Mungkin bukan usaha yang besar, tapi setidaknya mencukupi kebutuhanku sehari-hari saja.
Aku juga memikirkan untuk bekerja membantu di panti asuhan tempat aku biasa datang berkunjung menghabiskan waktuku selama ini sepulang kerja. Entah mengapa ada kekosongan besar yang aku rasakan saat aku bekerja dikantor. Beda ketika aku datang ke panti dan melihat wajah-wajah anak-anak yang tersenyum bak malaikat, sangat menghibur hatiku. Dari mereka aku jadi belajar bersyukur atas apapun juga yang aku terima saat ini. Bukan karena banyaknya yang sudah Tuhan beri, tapi berapapun yang aku punya saat ini, kalau kita senantiasa bersyukur, aku jadi tau ternyata aku punya berlimpah-limpah. Saat memandang wajah-wajah polos mereka yang dengan sukacita menerima apapun yang diberikan kepada mereka, aku terharu sekaligus bahagia, ternyata Tuhan baik dan aku masih punya kesempatan melihat hal-hal indah itu sekarang didepan mataku.
***
"Amel tolong jaga toko sebentar ya. Saya ada keperluan keluar sebentar." Ucapku pada Amel, asistenku di toko.
Sejak sebulan lalu aku memutuskan resign dari kantor dan memulai usahaku membuka toko akseroris, pakaian dan tas wanita. Kebetulan salah satu teman lamaku yang bertemu aku 5 bulan lalu menawari kerjasama untuk mengelola toko ini. Dan setelah kutimbang-timbang cukup lama, sambil aku juga berdiskusi dengan kakak-kakakku aku memutuskan mengambil langkah memulai usahaku sendiri.
Mungkin bukan kebetulan juga aku memikirkan ini, karena memang dari awal aku suka mendesain aksesoris dan tas, bahkan aku punya tempat langganan untuk aku membuat aksesoris dan tas rancanganku jadi nyata, walau kadang lebih mahal karena aku memilih bahan yang berkualitas dan kadang aku hanya memakainya sendiri. Tapi kadang ada beberapa teman yang suka aksesoris dan tas yang aku pakai serta ingin di buatkan olehku, tapi sewaktu bekerja dulu aku belum terlalu bisa menerima pesenan-pesanan mereka karena kesibukanku bekerja juga menguras tenaga dan pikiranku.
Sampai aku memutuskan ingin resign dan tiba-tiba aku bertemu Yunita, teman lamaku yang hobi merancang pakaian, jadilah kita berkolaborasi. Dia merancang pakaian, aku membuat aksesoris dan tas yang kiranya bisa melengkapi penampilan pakaian itu.
Saat ini aku merasa hidupku lebih lepas, lebih bahagia karena aku bisa melakukan apa yang aku inginkan, aku suka. Aku tak lagi terikat jam kerja dengan intensitas yang tinggi, penuh tekanan. Mungkin sekarang juga aku tidak sesantai yang aku kira, tetapi setidaknya aku merasa bahwa aku melakukan semuanya sekarang dengan hati yang lebih tenang dan senang.
Memang pelanggan kami belum begitu banyak karena usia usaha kami masih tergolong baru, kami juga sadar persaingan usaha saat ini, tapi ada beberapa pelanggan tetap dari toko kami yang sungguh-sungguh suka pakaian, aksesoris atau tas yang kami jual, mereka juga merekomendasikan nya kepada teman-teman mereka yang lain. Kami bersyukur akan hal itu karena kepuasan mereka itu yang terutama.
***
Aku melangkah memasuki sebuah pertokoan di salah satu mall.
Sambil melihat-lihat display tas-tas di sana. Tiba-tiba aku melihat sesosok yang aku kenal. Aku bergetar tanpa terasa dadaku berdebar keras.
Dia melihat kearahku. Dan...
"Keiii...." Dia mengucap namaku pelan, tapi terasa terdengar dari jarak kami yang tak terlalu jauh.
Dia berjalan kearahku. Rasanya aku mau berbalik dan berjalan menjauh, tapi badanku seakan tak bisa digerakkan. Aku terpaku ditempatku berdiri.
"Kei...Kezia...apa kabar? Lama ga ketemu Keii...gimana kabarmu?" Sapanya.
"Baik..." Ucapku agak terbata karena rasa kagetku masih terasa saat melihatnya tadi.
"Masih kerja di perusahaan kei?" Tanyanya.
"Udah ga, aku resign 1 bulan lalu, sekarang aku buka usaha sendiri." Jawabku panjang. Aku tak tau kenapa tiba-tiba aku bercerita panjang.
"Ooww...congratt ya. Usaha apa Kei? Ehhmm boleh kita ngobrol-ngobrol ditempat lain? Misalnya food court mungkin? Ga nyaman ngobrol sambil berdiri gini." Tanyanya tapi tanpa nada memaksa.
"Ooh...eehh oke, kamu ga sibuk?" Tanyaku balik.
"Ga keii...aku ga pernah sibuk buat kamu." Ujarnya ringan seakan hal itu hal biasa yang dia katakan buatku.
Hatiku berdesir mendengar ucapannya. Melihatnya lagi setelah sekian taun kita berpisah. Aku mengingat betapa baiknya dia. Dan sekarang saat bertemu dia lagi. Aku menyadari betapa tak banyak berubah dari sikapnya. Dia tetap ramah, baik dan hangat. Entah mengapa tiba-tiba hatiku menghangat melihatnya kembali saat ini.
***CONTINUE***